Taman Laut 17 Pulau, Riung, Kab. Ngada

Jembatan inilah yang menghubungkan daratan ke lautan. Ujung dermaga tersusun rapi dengan kayu akan melepaskan kita naik ke perahu berkeliling 17 pulau di Riung.

Perahu motor telah menunggu kami di ujung dermaga sambil bergoyang genit tergoyang ombak-ombak kecil laut utara. Senyuman sopir perahu menambah nyamannya hatiku, walau senyumnya tidak begitu manis dengan 2 gigi ompong di depan tidaklah berpengaruh suasana hati kami semua. Pukul 03.00 sore ditunjukkan oleh jam tanganku, sebuah petualangan kecil dimulai, suara deru mesin diesel mengalahkan suara angin pantai utara Flores ini.
Dari kejauhan, terlihat beberapa pulau yang melambai-lambai mengajak untuk singgah. Wah…..menarik sekali rasanya kalau bisa mengunjungi semua penghuni pulau-pulau di Riung.

Beberapa pulau di Taman Laut 17 Pulau

Perjalanan kami awali dengan route dermaga Riung ke Pulau Tarungtung, sebuah pulau yang indah dan terdapat beberapa gasebo yang asik untuk ngobrol ataupun membakar ikan. Suasana yang menyenangkan menahan kami untuk tetap bermain dan bercerita….cerita apa saja…dari yang lucu sampai cerita saru (jorok).

Pulau Tarungtung, tanpa penghuni, hanya burung yang singgah bermigrasi

Satu jam cukuplah bagi kami “bercinta” dengan pulau Tarungtung, deru perahu motor kembali berpacu dengan gelak tawa kami. Senang campur dengan terkesima pemandangan dihadapan mata. Perahu motor mengarah ke salah satu hutan di dalam laut….ya terumbu karang….. Wuuuuuuuih indah bener…. Ingin hati masuk ke belantara terumbu karang itu, namun sayang…kami tidak menyewa peralatan selam…yang tentu saja membuat kami tidak boleh menyelam, takut merusak terumbu, kata pengemudi perahu.

Setelah kurang lebih 1 jam kami mengamati terumbu karang…..motor diesel kembali dihidupkan pengemudi perahu. Sore sudah menghitam, wah tanda segera malam. Aku pikir petualangan ini akan segera berakhir. Tetapi kenapa perahu tidak mengarah ke dermaga??? Kami bertanya pada si sopir perahu ini. “Kemana kita mau pergi Bapa?” Sambil tersenyum dia menjawab, “Kita akan melihat kelelawar” Aku tertegun tak percaya, “Hah!!! Kelelawar???? Mana ada ditengah lautan seperti ini,” pikirku…. Tapi aku diam aja sambil menikmati sunset yang indah.

Perjalanan memakan waktu 30 menit menuju satu pulau yang dihuni jutaan kelelawar besar….ya pulau itu bernama pulau Kelelawar…. Kami terkesima ketika jutaan kelelawar berteriak terbangun dari tidurnya…

Gelap telah merubah suasana hangat menjadi dingin dan mencekam. Kami mulai diam tanda lelah dan lapar. Aku bosan dan benci dengan suasana ini….tanpa komando, aku mulai menyanyi lagu-lagu rohani (walau dengan suara sumbang dan wagu), dan akhirnya spontan semua menyanyi… Wah, berhasil juga aku membuat suasana sepi jadi ramai kembali. Tak lama kemudian, kami sudah sampai di dermaga. Kembali ke hotel, makan malam dan lanjut lagi menyanyi sambil minum moke kegemaran kami.

Sampai jumpa lagi di petualangan lain….

Salam hangat dari kaki G. Kelimutu,

G’penk van Piyik