Mungkin kebahagiaan ini tidak bisa dikatakan dengan kata-kata ketika ku injakkan kakiku di Australia, yang terkenal dengan binatang kangguru. Di negeri kangguru ini aku harus berjuang untuk melawan diriku sendiri agar aku bisa disiplin dan tegas pada hatiku. Nafsu untuk selalu santai haruslah mulai dikelola, bak merajuk benang demi selembar kain tenunan. Karena, aku mendapatkan kesempatan belajar di negeri orang Aborigin. Peluang yang belum tentu bisa didapatkan semua orang. Mungkin aku adalah salah satu orang yang beruntung sehingga dapat belajar di Australia atas biaya pemerintah Australia (Australia Development Scholarship [ADS]). Dengan menyadang AusAID Student visa, aku bulatkan asa untuk pergi ke negeri seberang, benua yang kering, benua yang sungguh berbeda dari Indonesia.
Terlambat memang untuk menuliskan perasaan ini…..namun biarlah pengalaman ini bisa terwujud dalam goresan-goresan di lembaran wordpress ini.
29 Juni 2008, anakku (Cleo) menangis, tidak mau aku pergi. Dari pagi Cleo cemberut dan tidak mau lepas dari gendonganku. Siang harinya, Kakung Mulyadi, Uma (istriku tercinta) dan Cleo, menghantarkanku ke pool bis Safari Dharma Raya di sebelah selatan jembatan layang Janti.
Cleo cemberut dan tidak mau senyum ketika aku mau berangkat ke Denpasar
Jogja – Denpasar
Tepat 15.30 WIB, aku berangkat menuju Denpasar, Bali. Tidurpun tak nyaman selama diperjalanan, bayang-bayang wajah Cleo terlalu kuat dibenakku. Tak terasa air mata menetes, aku tidak tahu harus bagaimana, harus ku tinggalkan Cleo selama 2 tahun di Australia (selanjutnya disingkat “Oz“). “Semoga aku bisa pulang saat libur semester“, hiburku dalam hati. Siang itu, 30 Juni 2008, jam tanganku menunjukkan pukul 10.30 WIT, ketika bis tiba di terminal Ubung, Denpasar Bali. Bona sudah menungguku di pojok Terminal Ubung. Setelah 30 menit, tibalah kami di Jalam Pakerisan, dimana kantor pemasaran Kanisius cabang Denpasar berada. Memang sengaja, aku siapkan diri sehari di Denpasar sebelum berangkat ke Oz. Ya… perjalanan yang akan melelahkan menuju ke Townsville, North Queenland. Di kantor Kanisius aku bertemu kembali dengan Wayan, Bu Ketut dan Pepy (karyawan baru yang mirip dengan Pepy “Empat Mata”….hehehe). Si Juragan Dedy masih di Jogja dan baru akan berangkat ke Bali tgl 30 Juni 2008 sore hari. Siang itu juga kubereskan administrasi keberangkatanku di IALF Bali dan sisa waktu kugunakan untuk istirahat.
1 Juli 2008 pagi, aku terbangun dengan tenaga dan semangat yang baru, ya… ini demi perjalanan nanti malam. Siang itu aku kembali ke IALF Bali untuk bertemu dengan Bli Kadek dan Yovita, sekedar untuk ngobrol ngalor-ngidul. Sore harinya ku pergi ke Kuta untuk menukarkan uang rupiah (Rp) menjadi dolar Australia (AU$) sebagai uang saku di perjalanan. Malam telah tiba, kini saatnya ku persiapkan diri, mengecek kembali barang bawaanku.
21.30 WIT, Mas Gendon (calon Kepala cabang Elteha Bali….hehehe) telah datang ke kantor untuk mengantarkanku ke bandara Ngurah Rai. Setengah jam berikutnya, kami sudah melaju menuju arah selatan, dimana bandara Ngurah Rai berada. Setelah secuill kami ngobrol, akhirnya kuputuskan untuk segera masuk ke bandara untuk cek-in di kounter Qantas Airline. Ternyata tdak semulus yang aku bayangkan, sedikit ada masalah dengan bagasi dan visaku. Pertama, bagasiku terlalu banyak, kelebihan 4 kg, dan diminta membayar US$40. Namun setelah aku bernegosiasi, akhirnya aku dibebaskan dari biaya kelebihan bagasi, itupun karena aku berstatus student visa. Kedua, nomer passport yang tertulis di visa-ku ternyata berbeda dengan nomer passport yang kubawa. Setelah ku teliti, ternyata nomer passport yang tertera di visa-ku adalah nomer passport-ku yang lama. Akhirnya pihak manajemen Qantas menbantu untuk meng-update data visa-ku. Mereka menghubungi pihak Imigrasi Oz dinihari itu juga dan visa-ku ter-update. “Terima kasih Qantas“, itulah kata yang ku ucapkan kepada staf Qantas yang berwarga negara Korea.
Denpasar – Perth – Brisbane
Tepat pukul 01.00 WIT, aku tinggal landas menuju Perth (Oz bagian barat). Perjalanan kurang lebih memakan waktu 3,5 jam dan akhirnya pesawat kami mendarat pukul 04.35 (waktu Perth, tidak ada perbedaan waktu dengan WIT). Di Perth aku harus transit selama 8 jam dan untungnya aku sudah kontak Om Antonius Birowo (Dosen Komunikasi UAJY, mahasiswa Ph.D di Curtin University of Technology, Oz) sehingga aku dipersilahkan transit di rumah beliau di Perth. Setelah urusan custom selesai, aku menuju ke luar bandara dan di pintu keluar, Om Anton sudah menungguku. Akhirnya kami menuju rumah Om Anton dan aku bisa beristirahat cukup. Sekitar pukul 11.00 waktu Perth, aku diantar istrinya Om Anton menuju bandara Perth (Om Anton tidak bisa mengantarku karena beliau harus bertemu supervisor-nya). Ku ucapkan banyak terima kasih kepada keluarga Om Anton yang bersedia menampungku selama transit di Perth. Setelah urusan cek-in selesai, aku menuju waiting room yang modern banget…. sempat “gumun”/ terkagum-kagum…. (maklum orang desa….hehehehe). Setelah menunggu beberapa menit, aku masuk ke pesawat Qantas seri Boing 767-300/300ER (dan ini pengalaman pertama naik pesawat gede…hehehe) yang akan membawaku menuju Brisbane (Queensland). Perjalanan menuju Brisbane memakan waktu 4,5 jam dan akhirnya mendarat di Brisbane pukul 20.00 (ada perbedaan jam 2 jam antara Perth dan Brisbane), terlambat 1 jam dari jadwal yang seharusnya (18.50 waktu Brisbane).
Brisbane – Townsville
Dengan keterlambatan ini, aku harus berlari-lari menuju gate yang lain dimana pesawat menuju Townsville berada. Pukul 20.15, pesawat tinggal landas menuju Townsville yang berjarak 1750 km dari Brisbane dan akhirnya mendarat dengan selamat di Townsville pukul 22.30 (Eastern Australia Time). Di bandara Townsville Bung Yansen (mahasiswa Ph.D, Koordinator Sosial dan Humas PPIA-JCU) mewakili Perhimpunan Pelajar Indonesia di Australia – James Cook University untuk menjemputku dan mengantarkanku ke akomodasi yang telah disiapkan untuk ku di 161 Nathan Street, Cranbrook, Townsville. “Terima kasih PPIA-JCU, terima kasih Bung Yansen….”
Townsville city
Akhirnya aku bisa beristirahat setelah menempuh perjalanan dari Denpasar 2 Juli 2008, pukul 00.00 WIT dan tiba di Townsville 2 Juli 2008 pukul 22.30 EAT. Wah capeknya bukan main…. ya ya….ini baru awal dari perjuangan….. masih ada 2 tahun kedepan aku harus berjuang demi cita-cita yang pernah aku jalin.
Terima kasih Tuhan atas berkat dan karuniamu sehingga saya selamat sampai Oz.
Salam hangat dari North Queensland,
Y. S. “G’penk” Martyastiadi
Multimedia Game Development (M.InfTech)
School of Mathematics, Physics & Information Technology
James Cook University
Cairns, QLD 4870 Australia
Mobile: +61 432 052 447